Senin, 06 Oktober 2014

FITSAFATNYA ORANG INDONESIA



FILSAFATNYA ORANG INDONESIA
“FILSAFAT” dikenal sebagai induk ilmu pengetahuan yang memiliki beragam pengertian, banyak ahli atau filusuf (ahli filsafat) yang berpendapat dengan paradigma mereka masing-masing. Jika filsafat diartikan sebagai pemaknaan atau pemahaman secara radikal atau mendasar terhadap apa yang ada atau gejala-gejala yang ada, maka setiap manusia memiliki filsafatnya masing-masing, bahkan seorang penjahatpun memiliki filsafat hidup ini.
Akan tetapi nyatanya tidak semua orang berani mengaku dirinya mempunyai filsafat, apakah filsafat itu milik para profesor atau orang-orang pandai saja ? Itu benar jika apabila filsafat diartikan sebagai pemaknaan atau pemahaman yang mendasar, final, radikal dan total dalam suatu sistem konseptual dan dibuktikan dengan kebenaran penemuan. Para sarjana boleh saja menganut filsafat tertentu, tetapi benarkah ia bersikap hidup berdasarkan filsafatnya itu ? Apakah filsafatnya itu benar-benar menjadi pemaknaan hidupnya sehari-hari ? atau apakah filsafat itu hanya suatu pengetahuan saja ? dan apa yang diketahui itu tidak harus berkaitan dengan apa yang dilakukannya ?
Masyarakat Indonesia tidak memiliki sejarah filsafat seperti barat yang mampu merubah pola pikir manusia, akan tetapi bagi masyarakat Indonesia, filsafat itu bukan hanya sekedar pengetahuan rasional, tetapi juga harus dibuktikan dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat itu sebagai sebuah wacana yang kurang dilakukan, tetapi filsafat itu sebagai “pegangan hidup” dan sejak dulu sudah dipraktikan. Inilah sebabnya untuk mengetahui “filsafat” orang Indonesia, kita perlu membaca dan mengetahui berkas-barkas hasil tindakannya. Filsafat orang Indonesia adalah wujud secara langsung dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari, filsafat Indonesia tidak terwujud dari sebuah diskusi-diskusi formal dan juga verbal yang bersifat abstrak rasional seperti biasa yang sering kita baca dalam sejarah filsafat barat ( eropa-amerika ).
Dalam sejarah filsafat barat terkesan banyak yang memandang dari segi non-rasio, yang menitikberatkan pada pemahaman yang bersifat abstrak dan cenderung terpisah antara pemikiran dan tindakan. Sedangkan filsafat Indonesia ada di balik tingkah laku kehidupan sehari-hari atas dasar hasil-hasil faktual dari kegiatan mereka. Filsafat orang Indonesia ada di balik pepatah-petitih, di balik rumah-rumah adat, di balik upacara-upacara adat, di balik mitos-mitos tua, di balik ragam hias pakaian yang mereka kenakan, di balik persenjataan yang mereka gunakan, di balik sistem pengaturan sosialnya, dan lain-lain sebagainya. Karena pada dasarnya filsafat adalah pola berfikir bagaimana manusia ini mencapai keselamatannya dalam hidup ini dan dalam hidup kemudian, satu filsafat sudah cukup atau campuran dari beberapa filsafat sudah lebih dari cukup. Dan untuk apa mengetahui tanpa dijalankan ?

FILSAFAT ORANG INDONESIA TIDAK TERKONSEPKAN !
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, dimana suku-suku bangsa tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda baik dari pola pikirnya, tingkah laku dan kehidupan sosial kemasyarakatannya dan inilah yang membedakan Indonesia dengan negara lainnya. Dayak, minangkabau, bugis, madura, sunda dan jawa dan lain sebagainya adalah suku-suku yang ada di indoenesia, apakah mereka itu sama dalam pola pikirnya jika dikatan filsafat itu merupakan pola pikir manusia, dan apakah hasil-hasil kebudayaan mereka sama ? Jawabanya adalah tidak, karena cara mereka hidup dan melakukan sesuatu dalam kehidupan berdasarkan hal-hal yang berorientasi pada kehidupan leluhur mereka yang menggunakan filsafat hidup masing-masing, sehingga apa yang mereka kerjakan ataupun lakukan baik berupa pola pikir ataupun tata cara hidup bersosial sesuai dengan kaidah masing-masing suku. Maka dari itu, filsafat yang mereka gunakan berbeda-beda dikarenakan cara mereka hidup otodidak tidak terkonsepkan sama sekali dan semua itu berdasarkan pada filsafat etnis mereka masing-masing. Dayak, Minangkabau, bugis, Madura, sunda, jawa daln lain sebagainnya itulah Indonesia yang memiliki filsafat berbeda-beda akan tetapi tetap bhineka tunggal ika.


Nama                : Arul Efansyah
TTL                  : Bojonegoro, 14 April 1992
Alamat              : Ds. Sekaran Kec. Balen Kab. Bojonegoro
Jurusan              : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester           : 8 (Dealapan)             
NIM                 : 101100101
Kelas                : IV-A
Jabatan              : Sekretaris DPC GMNI Bojonegoro

Ilmu itu didapat dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang mau berfikir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar